Review Lengkap China Bikin AI yang Terinspirasi dari Otak Manusia Lebih Hemat Daya
Pendahuluan

Dalam beberapa tahun terakhir, perkembangan AI (Artificial Intelligence) semakin cepat dan menakjubkan. Dari model bahasa besar hingga sistem pengenalan wajah, AI sudah hadir di hampir semua aspek kehidupan manusia. Namun, salah satu isu besar yang terus menghantui adalah konsumsi energi. Model AI modern sering kali membutuhkan daya listrik yang sangat besar, bahkan bisa setara dengan kebutuhan energi ribuan rumah.
Kabar terbaru dari Tiongkok menarik perhatian dunia: para peneliti di China mengembangkan AI baru yang terinspirasi dari cara kerja otak manusia, dan disebut jauh lebih hemat daya. Teknologi ini berpotensi menjadi revolusi baru dalam bidang AI, karena bukan hanya meningkatkan performa, tetapi juga lebih ramah lingkungan dan efisien.
Artikel ini akan membahas review lengkap tentang teknologi AI terbaru dari China ini, bagaimana cara kerjanya, dampaknya, serta tanggapan dari berbagai sumber termasuk ulasan video YouTube.
Penjelasan: AI Terinspirasi Otak Manusia
1. Neuromorfik Computing: Konsep di Balik Teknologi Ini
AI baru yang dikembangkan di China mengadopsi konsep neuromorfik computing, yaitu pendekatan komputasi yang meniru cara kerja neuron otak manusia. Alih-alih menggunakan arsitektur komputer tradisional, sistem ini mencoba menyalin pola komunikasi sinyal listrik pada otak.
Hasilnya, AI bisa belajar lebih cepat, lebih efisien, dan tidak membutuhkan energi sebesar model tradisional. Menurut laporan riset, teknologi ini mampu memangkas konsumsi daya hingga 40-60% lebih rendah dibanding model konvensional.
2. Hemat Daya, Efisiensi Maksimal
Kenapa hemat daya itu penting? Karena saat ini, AI besar seperti GPT, Gemini, atau Claude membutuhkan data center raksasa dengan pendingin super untuk beroperasi. Biaya energi membengkak, jejak karbon meningkat, dan pengguna akhir ikut terkena dampaknya melalui harga layanan yang mahal.
Dengan pendekatan “otak buatan” ini, AI bisa berjalan di perangkat dengan sumber daya terbatas, seperti laptop, ponsel, bahkan perangkat IoT. Ini membuka peluang lebih luas untuk penerapan AI sehari-hari.
3. Fokus Riset di China
China sudah lama berinvestasi besar dalam riset AI. Pemerintah mereka menargetkan menjadi pemimpin dunia di bidang AI pada 2030. Dengan inovasi neuromorfik ini, China berpotensi mendahului negara lain dalam hal efisiensi energi AI.
Bukan hanya untuk aplikasi sipil, teknologi ini juga bisa dipakai di sektor industri, militer, hingga transportasi cerdas.
Review dari YouTube dan Media
Beberapa kanal YouTube teknologi telah mengulas perkembangan ini:
-
ColdFusion
Menyebut bahwa teknologi AI berbasis otak ini adalah langkah logis berikutnya. Menurut ColdFusion, “AI selama ini pintar, tapi boros daya. Kalau bisa meniru otak, maka kita bisa punya AI yang lebih pintar dengan daya lebih kecil.” -
TechLinked
Dalam salah satu video mereka, disebutkan bahwa eksperimen neuromorfik bukan hal baru, tapi implementasi praktisnya oleh China ini adalah loncatan besar. Mereka menilai dampaknya bisa membuat AI lebih mudah diakses oleh masyarakat awam. -
YouTuber asal China
Beberapa reviewer lokal di Bilibili menunjukkan demo sistem AI ini yang bisa mengenali gambar dalam hitungan milidetik, dengan penggunaan daya baterai yang minimal.
Dampak dari Teknologi AI Hemat Daya

-
Positif:
-
Lebih ramah lingkungan karena jejak karbon lebih rendah.
-
Biaya operasional pusat data berkurang.
-
AI bisa dipasang di lebih banyak perangkat, bahkan di negara berkembang.
-
Potensi revolusi di sektor mobile & wearable device.
-
-
Negatif / Tantangan:
-
Masih tahap awal, belum terbukti bisa menandingi AI raksasa seperti GPT-5 atau Gemini 2.5 dalam skala besar.
-
Biaya riset tinggi, butuh hardware khusus.
-
Risiko geopolitik: negara lain mungkin khawatir soal dominasi teknologi dari China.
-
Kesimpulan
AI baru dari China yang terinspirasi otak manusia adalah tonggak penting dalam perkembangan kecerdasan buatan global. Dengan konsumsi daya lebih hemat, teknologi ini menjawab salah satu masalah terbesar AI modern: kebutuhan energi yang besar.
Bagi pemula yang baru mengenal AI, kabar ini menunjukkan bahwa arah masa depan AI bukan hanya tentang “lebih pintar”, tapi juga “lebih efisien”.
Jika sukses diimplementasikan secara luas, AI hemat daya ini bisa membuka jalan untuk penggunaan lebih merata: dari smartphone, laptop, hingga sistem otomasi industri. Dunia akan menyaksikan apakah riset ini benar-benar membawa perubahan nyata, atau hanya sekadar tren sesaat.
QnA Seputar AI Hemat Daya dari China

Q1: Apa itu AI terinspirasi otak manusia?
👉 Itu adalah AI berbasis neuromorfik computing, meniru cara kerja neuron otak agar lebih efisien.
Q2: Kenapa teknologi ini viral?
👉 Karena menjanjikan AI yang lebih hemat daya, bisa berjalan di perangkat kecil tanpa butuh server raksasa.
Q3: Apakah sudah bisa dipakai umum?
👉 Masih tahap riset. Beberapa demo sudah ada, tapi belum tersedia untuk konsumen massal.
Q4: Apakah teknologi ini hanya ada di China?
👉 Tidak. AS dan Eropa juga riset neuromorfik, tapi China saat ini mengklaim sudah mencapai efisiensi signifikan.
Q5: Apa dampaknya untuk pengguna sehari-hari?
👉 Nantinya, AI canggih bisa langsung ada di ponsel, smartwatch, atau smart home, tanpa harus tersambung ke server besar.
🍼 Bahasa Bayinya
Jadi gini Master, bayangin AI sekarang kayak orang super pintar tapi boros makan listrik. Nah, yang baru dari China ini bikin AI mirip otak manusia: lebih pintar, tapi makannya irit. Jadi nanti bisa jalan di HP atau laptop kecil, nggak perlu data center gede lagi. Hemat, efisien, dan tetap cerdas.
